Kamis, 13 Maret 2014
Oseng-oseng Iga Pedas Penghangat Saat Musim Hujan
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - OSENG-OSENG merupakan satu sajian yang familiar bagi masyarakat Indonesia. Apabila dulu oseng-oseng identik dengan sayuran, saat ini oseng-oseng juga menggunakan berbagai bahan baku lain dalam penyajiannya.
Seperti menu bernama oseng bomb yang menyajikan iga sebagai bahan utamanya. Menu andalan dari Dapur BOMB yang terletak di Jalan Cihampelas ini menawarkan daging iga yang dibumbui cabai rawit, cabai keriting, daun jeruk dan bawang putih.
Daging iga diproses dua kali yaitu direbus terlebih dahulu hingga setengah matang. Setelah itu, iga dioseng bersama berbagai bumbu.
Karena menggunakan banyak cabai dalam bumbu, tentu dominasi rasa yang dihasilkan adalah pedas. Meski begitu, rasa pedas tersebut terasa pas digabungkan dengan daging iga yang lembut.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Laisa Khoerun Nissa
Ayam Goreng Plus Siraman Saus Stroberi
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - FRIED CHICKEN mungkin sajian yang sudah umum. Namun pernahkah anda mencoba fried chicken dengan saus stroberi?
Jika biasanya fried chicken disajikan dengan saus sambal biasa, tidak demikian dengan menu dari Warung Pasta yang terletak di Jl. Ganeca 4 Bandung ini. Menu bernama fried chicken with berry mayonaise ini menawarkan fried chicken dengan saus stroberi plus mayones yang menggoda.
"Basicnya ini adalah menu ayam tanpa tulang yang digoreng hingga krispi dengan tambahan tepung. Setelah matang, ayam krispi lalu disiram saus stroberi dan mayones," ucap Rocky Sahertian, Operational Manager Warung Pasta.
Nasi Goreng dan Rendang Dikenal di Mancanegara
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prapancha Research (PR) menemukan bahwa nasi goreng, rendang, dan sate lebih terkenal secara global dibanding rata-rata masakan yang berasal dari Asia melalui jejaring sosial, Twitter.
Nasi goreng adalah yang paling banyak diperbincangkan di jejaring sosial dengan 2,3 juta perbincangan di luar Indonesia, diikuti rendang dengan 1,1 juta perbincangan di luar Indonesia.
Selanjutnya adalah sate dengan 533 ribu perbincangan di luar Indonesia. Sementara untuk masakan mancanegara, tom yam di luar Thailand memperoleh hanya 254 ribu perbincangan, bulgogi dan bibimbap di luar Korea masing-masing memperoleh 210 ribu dan 162 ribu perbincangan.
“Kami membandingkannya dengan tom yam, makanan terkenal khas dari Thailand. Bulgogi, masakan daging tersohor dari Korea. Lalu bibimbap, nasi campur dari negara yang sama, yang jauh tertinggal dibandingkan pembicaraan tentang masakan Indonesia” ujar Cindy Herlin Marta, analis PR.
Semua makanan ini juga pernah masuk ke dalam daftar 50 makanan terlezat dunia versi jajak pendapat CNN tahun 2011. Di daftar tersebut, rendang dan nasi goreng secara berurutan menempati peringkat pertama dan kedua.
“Selama ini kita mungkin mengira masakan negara-negara Asia lainnya lebih memikat hati orang-orang mancanegara. Namun sebagai negara yang sama-sama belum memiliki gerai makanan sebanyak masakan Cina dan Jepang, masakan Indonesia berada di posisi yang lebih unggul,” ujar Cindy.
Sayangnya, banyak di antara warga dunia yang menikmati makanan asal Indonesia tersebut di restoran Cina atau restoran umum yang menyediakan masakan-masakan Asia. Gerai makanan Indonesia memang terbilang langka di mancanegara. Akibatnya, menjadi hal yang lazim jika orang-orang asing cenderung mengira nasi goreng, sate, atau rendang berasal dari Thailand, Singapura, atau Malaysia, imbuh Cindy.
Namun demikian, ketimbang meributkan atau mengkhawatirkan masakan kita diklaim negara tetangga, Cindy menilai akan lebih produktif seandainya berbagai langkah bisa dilakukan untuk membantu pendirian dan pengembangan gerai-gerai masakan Indonesia di berbagai negara.
Bila Indonesia diikutsertakan dalam pantauan, total perbincangan sate di Twitter akan mencapai 8,6 juta perbincangan, nasi goreng 5,4 juta perbincangan, dan rendang 2,5 juta perbincangan.
Jumlah perbincangan sate dan nasi goreng bahkan melampaui perbincangan lasagna, masakan internasional asal Italia, yang perbincangannya mencapai 3,8 juta, dan mendekati spaghetti yang mencapai 9 juta. Bahkan perbincangan bibimbap dan bulgogi di luar Korea sendiri, paling banyak kedua adalah di Indonesia (bulgogi 40 ribu, bibimbap 26 ribu).
Fakta ini menunjukkan juga bahwa Indonesia adalah pasar komoditas kuliner yang sangat potensial. "Dengan dukungan pasar dalam negeri yang kuat, ekspansi adalah hal yang semestinya dilakukan untuk kian memajukan industri kuliner Indonesia," tegas Cindy.
Pemerintah Thailand, sebagai contoh, sudah sejak lama mendorong internasionalisasi kulinernya dengan kampanye “Thailand, Dapurnya Dunia”. Pemerintah menyediakan pusat pelatihan, informasi, serta peminjaman dana bagi mereka yang ingin membuka gerai makanan Thailand di negara lain.
“Nilai strategis ekspansi ini berlimpah: memperkuat kebanggaan nasional, mengundang turis ke tanah air, membuka pasar ekspor bahan pangan, mendatangkan devisa, mendorong pertumbuhan ekonomi. Saya kira, tidak ada alasan bagi pihak-pihak terkait, pemerintah maupun swasta, untuk melewatkan kesempatan ini,” kata Cindy.
Sensasi Empuk Sate Sum Sum
Surya
Sebut saja Lontong Balap Jalan Rajawali atau Jalan Kranggan, Sate Kelopo Ondomohen, Soto Daging Gubeng Pojok dan kuliner khas lainnya. Satu lagi kuliner yang hanya dapat ditemui di Surabaya adalah makanan khas ala Timur Tengah.
Makanan ala Timur Tengah ini dengan mudah ditemukan di kawasan religi Ampel. Kawasan yang sebagian didiami warga keturunan Arab ini banyak menyajikan kuliner khas Timur Tengah.
Diantaranya masakan ala Timur Tengah yang hanya ada di Surabaya adalah Sate Sum Sum Depot Ampel yang ada di Jalan Walikota Mustajab.
Meskipun tidak berada dikawasan Ampel, nama Depot Ampel dengan menu ala Timur Tengah ini sudah dikenal lama, selain itu memang pemiliknya adalah orang yang lahir dan besar di Ampel.
Salah satu menu andalan khas yang hanya ada warung Depot Ampel ini adalah Sate Sum Sum. Terbuat dari sum sum sapi yakni daging lembut yang ada di tulang belakang dan buntut..
"Untung masih ada Sate Sum Sum nya," kata H Moch Fathony, pemilik Depot Ampel.
Tidak lama kemudian seporsi Sate Sum Sum, dihidangkan lengkap dengan bumbu kacang, kecap, bawang merah dan cabe.
Melihat tampilannya, tak beda jauh dengan menu sate lainnya, tapi potongan sum sum sapi yang berwarna putih ini lebih terlihat menonjol.
Agar tidak berjatuhan dari tusuknya, setiap tusuk Sate Sum Sum pada ujungnya diberi daging kambing. "Ya agar tidak jatuh sum sum nya, kan daging sum sum ini lembek," katanya.
Benar saja saat dicoba Sate Sum Sum ini begitu empuk, namun sensasinya sulit untuk di gambarkan dengan kata kata. Apalagi bumbu yang dibuat dengan beberapa campuran rempah rempah khusus dari negara Arab.
Sejumlah pelanggan setia sate sum sum ini bahkan berasal dari luar kota.
"Kalau ada acara ke Surabaya selalu menyempatkan mampir ke sini," kata Sigit, pelanggan dari Gresik.
Sigit yang memesan seporsi Sate Sum Sum juga masih pesan beberapa bungkus untuk dibawa pulang.
Menariknya, meskipun banyak menu ala Timur Tengah di kawasan Ampel, ternyata banyak kalangan warga yang berasal dari Ampel mampir di Depot Ampel di Jalan Walikota Mustajab ini.
Seporsi Sate Sum Sum ia membandrol dengan harga Rp 38 ribu. Namun bisa saja sewaktu waktu harga tersebut naik karena juga tergantung dari harga sapi dan kambing dipasaran.
Langganan:
Postingan (Atom)